The True Happiness

Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari setiap detik yang berlalu, dari setiap langkah yang kita lalui, setiap kedip mata kita, setiap jantung yang berdetak….
Hanya saja mungkin kita terlalu disibukkan oleh kenyataan-kenyataan hidup, sehingga membuat kita kurang bisa mengambil pelajaran yang disuguhkan oleh Allah lewat kehidupan ini.
Aku punya seorang sahabat. Dia bukanlah orang yang cantik wajahnya. Dia tidak menarik karena perawakan tubuhnya pendek dan  kecil, tidak sepertiku. Dia juga bukan orang yang berduit tidak pula anak orang yang ber-uang. Dia bukan pula pemegang bendera juara di kelas. Tapi semua itu membuat aku sadar… sadar sepenuhnya bahwa sesuatu yang membuat bahagia bukanlah kecantikan zhahir.
Aku sangat menghargainya karena setiap tutur kata yang keluar dari mulutnya adalah hasil dari olahan hati…. Aku sangat menyayanginya karena dialah yang menyayangiku saat dunia ini menghilang dan aku tak terlihat oleh mata orang-orang…. Aku sangat menghormatinya karena kesederhanaan yang begitu bersahaja dari dirinya, ibu dan bapaknya… Dia yang -bi idznillah- membuatku lebih hidup saat aku hampir mati tak memiliki harapan…
Kemarin dia curhat padaku. Di tempat kerjanya, dia punya seorang teman yang cantik jelita. Putih kulitnya. Hampir semua lelaki tertarik padanya. Aku tahu sahabatku berkecil hati dengan apa yang dia miliki. Adalah sesuatu yang normal, menurutku. Tetapi dengan tegas ku katakan padanya,
“Tidak perlu anti bersedih dengan semua yang telah Allah beri untukmu, Ukhti… Justru berbahagialah karena kau tidak menjadi fitnah bagi lelaki. Berbahagialah karena Allah memilihmu untuk mendapat kecantikan batin. Aku yakin, semua orang lebih berbahagia memiliki sahabat yang tak punya kelebihan zhahir tetapi berhati sutra sepertimu. Tidak usah pedulikan peduli orang. Inna akramakum ‘indallahi atqakum… ingat kan?”
***
Begitukah para lelaki itu menganggap cantik seorang wanita? Dari bodinya yang aduhai, kulitnya yang cemerlang, matanya yang tajam, alisnya yang tebal menyabit, tubuhnya yang semampai….
Ketahuilah wahai para lelaki!!!
Wanita bukanlah barang dagangan yang seenaknya saja dapat kau nikmati dengan matamu yang keruh!
Sadarlah bahwa apa yang kau lihat itu seperti sebuah lilin. Api di sumbunya ibarat waktu. Dia membakar tubuh lilin hingga habis. Keindahan yang kau lihat akan habis dimakan wantu. Salah dan bodoh besar bila kau memandang baiknya wanita hanya dengan apa yang kau lihat dengan matamu itu. Kau tidak pernah tahu tentang hakikat mereka. Kekagumanmu pada mereka hanyalah karena emosi sesaat karena kau tak sadar bahwa kedondong itu luarnya mulus tapi dalamnya duri yang bercabang.
Betapa dirimu sangat tak adil pada dirimu sendiri. Kau bisa saja puas mencampakkan wanita-wanita yang kau anggap tak cantik dengan mata keruhmu itu. Kau boleh saja menarik wanita yang fisiknya bak magnet ke dalam dirimu. Tetapi kau harus ingat!!! Bila kau memilih wanita hanya karena hal yang sangat remeh itu, maka berarti KAU SAMA SAJA BUNUH DIRI!!!!

Juga kau wahai para wanita!!
Jangan pernah kau bangga karena banyaknya lelaki yang memujamu, karena kau tahu… barang lelangan banyak diminati orang!!!
Ingatlah bahwa mutiara yang mahal itu berada di dalam cangkang yang sangat kuat. Tersembunyi di dasar laut. Tapi semua orang mengakui bahwa dia amat berharga. Dia amat mahal. Dia tak mungkin dibuang oleh pemiliknya. Dia tak seperti barang lelangan. Tak perlu menampak-nampakkan diri kepada orang-orang. Dia sederhana dan bersahaja.
Dipuja banyak lelaki bukan merupakan penghargaan mereka terhadapmu. Berpikirlah kembali! Hal itu adalah suatu pelecehan terhadapmu. Bohong besar saat mereka bilang kau cantik dengan kata atau dengan sikap mereka. Mereka menjebakmu. Mereka ingin kau berbunga-bunga dan melayang-layang ke angkasa.
Lelaki yang baik adalah lelaki yang menjaga hatimu. Bila dia memang mencintaimu, tak kan pernah dia mempermainkanmu. Dia akan datang secara tegas dengan pertanggungjawaban dan dengan ikatan yang sangat kuat. Bukan dengan sikap yang membuatmu Ge eR, kata orang…
Camkanlah, wahai saudara, bahwa kebahagiaan itu bukanlah bersumber pada berapa banyak materi yang didapat. Tetapi bersumber pada hati dan sikap  saat menerima segala yang telah didapat.

0 komentar:

Posting Komentar