Hanya Satu

Aku kini baru menyadari sendiri bahwa betapa dunia ini memiliki banyak kejadian-kejadian baru yang dia suguhkan padaku dalam setiap detiknya. Dulu, yang aku tahu pernyataan itu hanya sekadar teori.
Ada senang, sedih, kecewa, menyesal, geregetan… setiap kejadian yang menyebabkan aku semakin merasa harus lebih dewasa, lebih sabar, lebih hati-hati dan lebih segalanya.
Waktu itu, temanku bertanya.
“Hp antum kenapa tak aktif?”
Aku diam sebentar sebelum menjawab.
“Sedang mu’aqabah, Ukhti. Hp itu tidak ada padaku” Jawabku. Malu. Malu kepada yang menyaksikan setiap gerakan ini…
Ukhti yang bertanya padaku itu langsung mengerti apa maksudku. Ya! Aku sedang menghukum diriku sendiri karena telah melakukan kesalahan. Kesalahan yang selama ini telah menyebabkan fitnah itu bercokol kuat dalam hati seseorang yang selama ini sebenarnya sangat aku hormati. Aku sangat merasa berdosa karena dengan itulah aku menjadi fitnah bagi orang itu.
Jangan pernah menyangka bahwa aku dan beliau saling kirim salam. Atau saling membangunkan untuk shalat malam. Atau kata-kata remeh temeh binti mesra-mesraan lainnya. Perlu digarisbawahi, bahwa aku sangat alergi dengan hubungan macam demikian. Singkatnya, tak ada kamus pacaran dalam kehidupanku, meski pacaran yang kata orang pacaran islami. Ck! Semua jenis pacaran adalah rekayasa syaithan.
Aku dan beliau saling sms untuk masalah yang ku anggap urgent, karena itu menyangkut anak-anak yang sekarang diamanahkan atasku, karena aku adalah pemegang urusan mereka. Sesuatu yang ku anggap penting itulah yang katanya menjadi awal fitnah itu… Ternyata kata-kata yang aku kirimkan, dianggap menyihir sebuah hati yang rindu kepada fitrah manusia…
Aku sangat menyesalkan kejadian ini. Ternyata sms yang urgent bisa menimbulkan fitnah. Apalagi yang gombal-gambil yang dilakukan oleh sebagian muslimin ini… Bagaimanakah kondisi hati mereka? Aku saja yang seperti ini, berusaha untuk menjaga hati –meski begitu susahnya- juga sempat terfitnah… aku merasa hati ini sudah sangat kotor, meski aku sudah berkali-kali berusaha untuk membersihkannya kembali. Aku sudah mengkhianati prinsip yang selama ini ku pegang, bahwa aku tak mau menyukai seorang lelaki pun sebelum menikah atau sesudah menikah kecuali suamiku.  Aku ingin mempersembahkan sucinya hatiku ini untuk orang yang benar-benar mau bertanggungjawab penuh atasku… aku ingin bilang kepadanya, bahwa hati ini masih putih dan hanya dikau-lah yang berhak mewarnainya dengan warna merah jambu…
Allah…
Hanya kepada-Mu lah aku minta perlindungan…
Bila hati ini pernah kotor, ya Allah… maka aku yakin Engkau telah mempersiapkan sabun cucinya… bagikanlah untukku barang sedikit saja… karena sedikit dari-Mu adalah keberkahan yang luar biasa…
Bila lembaran hidupku ini sempat tercoreng warna hitam, ya Allah… maka aku yakin Engkau telah menyiapkan tip-exnya… meski ada bekas, tetapi aku akan sangat senang bila lembaran itu menjadi putih kembali dan terbebas dari coretan yang tak Engkau kehendaki…
Maafkan diriku yang rapuh ini…
Tolonglah diriku yang lemah ini…
Bimbinglah diri yang gampang terombang-ambing ini…
Jadikanlah tujuan hidupku ini hanya satu
Jadikanlah sasaran panah cintaku hanya kepada satu
Jadikanlah target pertamaku hanya satu
Yaitu DIRIMU, Allah….
Jadikanlah aku benar-benar membuktikan bahwa aku mencintai-Mu…
Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
Solo, 27-10-2010

0 komentar:

Posting Komentar